Senjata Khas Madura Dan Sejarahnya

Senjata Khas Madura Dan Sejarahnya

Diposting pada

Mempelajari senjata khas Madura adalah satu kegiatan untuk mengenal informasi pendidikan kebudayaan yang lebih fungsional. Paling tidak supaya generasi muda menjadi paham kalau senjata-senjata ini tidak lahir begitu saja tetapi didasarkan atas dasar karsa, karya dan cipta masyarakat di zaman tertentu. Sebuah hasil budaya yang tentunya harus tetap diingat sehingga ada semacam motivasi untuk melestarikan sepanjang hayat. 

Ada banyak senjata khas Pulau Madura yang populer hingga ke seluruh Indonesia. Hal ini disebabkan oleh geliat promosi yang terus digalakkan bahkan turis yang datang ke Madura kurang berkesan jika pulang tidak membawa senjata-senjata ini. Nah Di bawah akan dijelaskan nama-nama senjata Madura lengkap dengan sejarahnya. Silakan disimak ini senjata yang dimaksud: 

Senjata Khas Madura: Are’ atau Celurit dan Sejarahnya

Informasi pendidikan yang dikutip dari https://academia.co.id/ terkait senjata khas Madura yang pertama adalah Are’ atau Celurit. Senjata yang tidak akan ditemukan di daerah lain karena adanya hanya di Bumi Garam. Menurut filosofinya, senjata yang berbentuk seperti tanda tanya ini mewakili entitas masyarakat yang selalu ingin bertanya serta ada kaitan dengan kejantanan. 

Celurit atau Are’ biasanya ditutup dengan sarung yang terbuat dari kulit. Gagangnya terbuat dari kayu dengan ukuran 4-5 cm yang menjadi pembatas pegangan. Di bagian penutup belakang dibiarkan terbuka sedangkan yang membuatnya tidak jatuh ialah ada semacam pengikat tepat di atas gagang. 

Sejarah lahirnya Celurit juga tidak jelas. Ada yang mengatakan kalau Celurit muncul pertama kali pada saat Resimen Siluman Joko Tole memberontak kepada Belanda di tahun 1945. Namun ada juga ahli sejarah yang menyampaikan kalau asal usul Celurit didasarkan pada Pak Sakera, seorang mandor tebu asal Pasuruan yang melawan kepada majikannya.

Keris dan Sejarahnya

Informasi pendidikan seputar senjata khas Madura yang perlu diterangkan selanjutnya ialah tentang  senjata keris. Ini merupakan senjata untuk pertahanan diri yang banyak ditemukan di Kabupaten Sumenep, kabupaten paling ujung dari Pulau Madura. Oleh karena itu, selain mendapatkan julukan Sumekar, Sumenep juga disebut sebagai Kota Keris. 

Di Kabupaten Sumenep terdapat pengrajin keris terbesar se-Madura. Salah satunya yang ada di Desa Karduluk Kecamatan Bluto. Dusun inilah yang banyak ditempati empu tradisional maupun yang masih belajar. 

Pelabelan Kota Keris diberikan secara khusus oleh UNESCO kepada Sumenep. Hal ini didasarkan pada jumlah empu yang sangat banyak yaitu mencapai 550 orang yang tersebar di Sumenep bagian selatan seperti Bluto, Kapedi, Pragaan dan Karduluk. Uniknya para empu ini tidak hanya didominasi kalangan tua saja tetapi juga banyak yang masih berusia muda. 

Setiap satu tahun sekali diadakan upacara Jamasan untuk keris-keris tertentu. Biasanya keris yang dibersihkan tersebut adalah keris yang tergolong senjata pusaka. Acara sendiri diselenggarakan berbarengan dengan Hari Jadi Kota Sumenep Madura. 

Sejarah munculnya keris di Madura ditengarai karena Bumi Garam dulunya adalah sebuah kerajaan. Bahkan di Sumenep ada situs keraton yang sampai saat ini masih terjaga dengan baik. Nah sebagai pusaka kerajaan, tentu keris tetap dirawat dengan hati-hati dan dilestarikan. 

Karena alasan tersebut wajar kalau keris masih tetap lestari di Madura. Bahkan seakan tidak sah kalau pengantin pria asal Bumi Garam tidak membawa keris ketika melangsungkan pernikahan. Di Masyarakat tertentu keris juga dijadikan alat untuk ritual-ritual khusus. 

Senjata Khas Madura: Perreng Koneng dan Sejarahnya

Perreng Koneng atau Bambu Kuning disebut juga senjata khas Madura yang mulai punah. Sejatinya ini hanya bambu biasa namun memiliki ukuran yang lebih kecil berdiameter seperti tongkat. Uniknya bambu tersebut berwarna kuning dengan tekstur bersih tanpa aur. 

Biasanya Bambu Kuning diisi mantra-mantra tertentu. Katanya jika orang berperang menggunakan senjata tersebut, tubuhnya bisa kebal dan bambunya bisa membunuh lawan dengan cepat. Bambu Kuning juga termasuk senjata pertahanan diri sama seperti pedang dan parang. 

Sejarahnya, Bambu Kuning adalah senjata para santri jaman dulu ketika berperang melawan Belanda. Namun sebelum digunakan, senjata ini harus “diisi” terlebih dahulu oleh para kyai. Bambu Kuning masih sempat populer di tahun 70-80an, namun saat ini gaungnya sudah mulai hilang. 

Sada’ dan Sejarahnya

Kabar pendidikan berikutnya tentang Sada’. Sada’ adalah senjata khas Madura yang dalam Bahasa Indonesia disebut Arit. Kalau Celurit tidak semua orang Madura memilikinya, lain kalau Sada’ yang di seluruh rumah pasti ada senjata yang satu ini. Biasanya, Sada’ digunakan untuk menyabit rumput bahkan dianggap sebagai sarana pertanian yang paling umum. 

Perbedaannya dengan Celurit ialah, Sada’ memiliki ukuran lebih kecil dengan kadar bengkok tidak terlalu kental. Masyarakat sering membawanya tanpa sarung supaya bisa digunakan dengan mudah. Umumnya senjata ini disematkan pada karung goni setelah itu diselipkan pada gedek kandang. 

Baca juga: Alasan Memilih Jualan di Instagram

Sejarah Sada’ mungkin disandarkan pada iklim Madura yang agraris. Akibatnya karsa masyarakat muncul di situ untuk melahirkan satu alat yang bisa mempermudah aktivitas bercocok tanam. Lahirlah Sada’ atau Arit yang sampai saat ini masih lestari dan digunakan oleh masyarakat. 

Itulah informasi pendidikan kebudayaan terkait dengan senjata khas masyarakat Madura. Semoga artikel tersebut bisa menjadi penambah pengetahuan untuk para generasi muda.

Yakinilah kalau narasi ini adalah sebentuk pembuktian kalau Indonesia memang tempat ragamnya kebudayaan. Jika ingin informasi yang lebih komplet silakan kunjungi https://academia.co.id/